BAB I
PENDAHULUAN
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam
mengorganisasikan kelas pada umumnya atau dalam menyajikan bahan pelajaran pada
khususnya, yang merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan.Metode pembelajaran
tidak hanya berfungsi sebagai cara untuk menyampaikan materi saja, melainkan
berfungsi juga untuk pemberian dorongan, pengungkap tumbuhnya minat belajar,
penyampaian bahan belajar, pencipta iklim belajar yang kondusif, tenaga untuk melahirkan
kreativitas, pendorong untuk penilaian diri dalam proses dan hasil
belajar, dan pendorong dalam melengkapi
kelemahan hasil belajar
Pembelajaran
yang efektif salah satunya ditentukan oleh pemilihan metode pembelajaran, saat
guru menyusun rencana
pembelajaran yang dituangkan dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kemahiran guru untuk memilih metode pembelajaran yang
serasi dengan kebutuhan ditentukan oleh pengalamannya, keluasan pemahaman guru
tentang bahan pelajaran, tersedianya media, pemahaman guru tentang
karakteristik siswa, dan karakteristik belajar. Dimana penggunaan metode
pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain tujuan, anak didik,
situasi, fasilitas, dan pribadi guru.
Metode
pembelajaran apapun yang digunakan oleh guru menurut Majid, A. (2005:136)
hendaknya dapat mengakomodasi menyeluruh terhadap prinsip-prinsip pembelajaran.
Pertama,
berpusat pada anak didik (student oriented). Guru harus memandang anak didik
sebagai sesuatu yang unik, tidak ada dua orang anak didik yang sama, sekalipun
mereka kembar. Suatu kesalahan jika guru memperlakukan mereka secara sama. Gaya
belajar (learning style) anak didik harus diperhatikan.
Kedua,
belajar dengan melakukan (learning by doing). Supaya proses belajar
menyenangkan guru harus menyediakan kesempatan kepada anak didik untuk
melakukan apa yang dipelajarinya, sehingga ia memperoleh pengalaman nyata.
Ketiga,
mengembangkan kemampuan sosial. Proses pembelajaran dan pendidikan selain
sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan, juga sebagai sarana untuk
berinteraksi sosial (learning to live together).
Keempat,
mengembangkan keingintahuan dan imajinasi. Proses pembelajaran dan pengetahuan
harus dapat memancing rasa ingin tahu anak didik. Juga mampu memompa daya
imajinasi anak didik untuk berpikir kritis dan kreatif. Kelima, mengembangkan
kreativitas dan keterampilan memecahkan masalah.
BAB II
PEMBAHASAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidaktidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar
akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial
(Ibrahim, dkk, 2000:7).
Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam
satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang
untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model
pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan
keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa untuk bekerjasama dan
memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu
yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain.
Model
Pembelajaran Kooperatif, dibatasi
sebagai lingkungan belajar dimana siswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil
yang kemampuannya berbeda-beda untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik.
Pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang
menekankan pada keaktifan siswa dalam kelompok kecil, mempelajari materi
pelajaran dan mengerjakan tugas.
Model pembelajaran ini memanfaatkan bantuan
siswa lain untuk meningkatkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran, karena
terkadang siswa lebih paham akan hal yang disampaikan temannya daripada guru
serta bahasa yang digunakan siswa kadang lebih mudah dipahami oleh siswa
lainnya. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah memberikan kesempatan
kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dalam kegiatan
belajar. Kelompok siswa tersebut harus saling bekerja sama dalam menyelesaikan
tugas kelompoknya. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif lebih dari
sekedar bekerja dalam kelompok. (Slavin, 2008: 113)
Jenis-Jenis Model Pembelajaran
Kooperatif
Menurut
Slavin (2008: 11), model pembelajaran kooperatif terdiri atas lima jenis
atau tipe. Secara ringkas kelima model pembelajaran kooperatif tersebut
dijelaskan sebagai berikut.
- Student Teams Achievement Division (STAD), tipe ini lebih menekankan pada interaksi dan aktivitas diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil yang maksimal
- Teams Game Tournament (TGT), model ini hampir sama dengan model STAD tetapi menggantikan kuis dengan tornamen mingguan, dimana antar kelompok memainkan game untuk menentukan skor kelompok mereka. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain
- Group Investigation, dalam model ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa, pembagian kelompok dapat dibentuk berdasarkan perkawanan atau berdasarkan keterkaitan akan sebuah materi tanpa melanggar cirri-ciri cooperative learning. Pada model ini siswa diberi sub topik yang ingin mereka pelajari dan topic yang biasanya telah ditentukan guru, setelah itu guru dan siswa merumuskan tujuan, langkah-langkah belajar berdasarkan sub topic dan materi yang dipilih
- Jigsaw, merupakan salah satu tipe pembelajaran yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dalam model ini terdapat tahap-tahap dalam menyelenggarakannya, yaitu pembentukan kelompok-kelompok kecil yang dilakukan oleh guru berdasarkan pertimbangan tertentu
Sedangkan dua pendekatan lain yang dirancang untuk kelas-kelas rendah
adalah:
5.
Team Assited Individualization (TAI), digunakan pada pembelajaran matematika untuk
tingkat 3-6 (setingkat TK).Dalam
model ini para siswa memasuki sekuen individual berdasarkan tes penempatan dan
kemudian melanjutkan dengan tingkat kemaampuannya sendiri. Secara umum, anggota
kelompokm bekerja dengan unit pelajaran berbeda. Teman satu tim saling
memeriksa hasil kerja masing-masing menggunakan lembar jawaban dan saling
membantu dalam menyelesaikan masalah
- Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), digunakan pada pembelajaran membaca dan menulis pada tingkatan 2-8 (setingkat TK sampai SD). dalam model ini siswa lebih banyak mengikuti serangkaian pengajaran guru, para-penilaian tim, dan kuis. Penghargaan untuk tim dan sertifikat akan diberikan kepada tim berdasarkan kinerja rata-rata dari semua anggota tim dalam semua kegiatan
Model
pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan,
dan struktur penghargaan (Arends, 1997: 110-111).
a.
Struktur tugas mengacu pada cara pengaturan pembelajaran
dan jenis kegiatan siswa dalam kelas
b.
Struktur tujuan, yaitu sejumlah kebutuhan yang ingin
dicapai oleh siswa dan guru pada akhir pembelajaran atau saat siswa
menyelesaikan pekerjaannya.
Ada
tiga macam struktur tujuan, yaitu:
1. Struktur tujuan individualistik
2. Struktur tujuan kompetitif
3. Struktur tujuan kooperatif
c.
Struktur penghargaan kooperatif, yaitu penghargaan yang
diberikan pada kelompok jika keberhasilan kelompok sebagai akibat keberhasilan
bersama anggota kelompok.
Ciri-Ciri dan Tahapan pada Model Kooperatif
Menurut Arends (1997: 111), pembelajaran yang menggunakan model kooperatif
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
·
siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menyelesaikan materi belajar,
·
kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang dan rendah,
·
jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku, jenis kelamin yang berbeda-beda,
·
penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada
individu.
Langkah-langkah Model Pembelajaran
Kooperatif
Langkah
|
Indikator
|
Tingkah Laku Guru
|
Langkah 1
|
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa.
|
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta
memotivasi siswa.
|
Langkah 2
|
Menyajikan informasi
|
Guru menyajikan informasi kepada
siswa
|
Langkah 3
|
Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar
|
Guru menginformasikan pengelompokan siswa |
Langkah 4
|
Membimbing kelompok belajar
|
Guru memotivasi serta
memfasilitasi kerja siswa dalam kelompokkelompok belajar
|
Langkah 5
|
Evaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan
|
Langkah 6
|
Memberikan penghargaan
|
Guru memberi penghargaan
hasil belajar individual dan kelompok.
|
PROBLEM BASED-LEARNING
Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam
kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut peserta didik mendapat
pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan
memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam
tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk
memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari.
Pengertian Pembelajaran Problem Based-learning
- Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).
- Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan.
Langkah-
langkah Problem Based Learning (PBL)
Terdapat
lima langkah Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based Learning (PBL). Bobot atau kedalaman setiap langkahnya
disesuaikan dengan mata pelajaran.
Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah: Konsep Dasar
(Basic Concept)
Jika
dipandang perlu, fasilitator dapat memberikan konsep dasar, petunjuk,
referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal
ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer
pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan
pembelajaran. Lebih jauh, hal ini diperlukan
untuk memastikan peserta didik memperoleh kunci utama materi pembelajaran,
sehingga tidak ada kemungkinan terlewatkan oleh peserta didik seperti yang
dapat terjadi jika peserta didik mempelajari secara mandiri. Konsep yang
diberikan tidak perlu detail, diutamakan dalam bentuk garis besar saja,
sehingga peserta didik dapat mengembangkannya secara mandiri secara mendalam.
Langkah-langkah
Pembelajaran Berbasis Masalah: Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
Dalam
langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan dalam
kelompoknya, peserta didik melakukan berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming
yang dilaksanakan dengan cara semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat,
ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul
berbagai macam alternatif pendapat. Setiap anggota kelompok memiliki hak yang
sama dalam memberikan dan menyampaikan ide dalam diskusi serta
mendokumentasikan secara tertulis pendapat masing-masing dalam kertas kerja.
Selain
itu, setiap kelompok harus mencari istilah yang kurang dikenal dalam skenario
tersebut dan berusaha mendiskusikan maksud dan artinya. Jika ada peserta didik
yang mengetahui artinya, segera menjelaskan kepada teman yang lain. Jika ada
bagian yang belum dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis dalam
permasalahan kelompok. Selanjutnya, jika ada bagian yang belum dapat dipecahkan
dalam kelompok tersebut, ditulis sebagai isu dalam permasalahan kelompok.
Kedua,
melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat yang lebih fokus. Ketiga,
menentukan permasalahan dan melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk
mencari referensi penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat. Fasilitator
memvalidasi pilihan-pilihan yang diambil peserta didik. Jika tujuan yang
diinginkan oleh fasilitator belum disinggung oleh peserta didik, fasilitator
mengusulkannya dengan memberikan alasannya. Pada akhir langkah peserta didik
diharapkan memiliki gambaran yang jelas tentang apa saja yang mereka ketahui, apa
saja yang mereka tidak ketahui, dan pengetahuan apa saja yang diperlukan untuk
menjembataninya. Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah ini,
maka pendefinisian masalah dilakukan dengan mengikuti petunjuk.
Langkah-langkah
Pembelajaran Berbasis Masalah: Pembelajaran
Mandiri (Self Learning)
Setelah
mengetahui tugasnya, masing-masing peserta didik mencari berbagai sumber yang
dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat
dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau
bahkan pakar dalam bidang yang relevan. Tahap investigasi memiliki dua tujuan
utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan
pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas,
dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas
dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
Di
luar pertemuan dengan fasilitator, peserta didik bebas untuk mengadakan
pertemuan dan melakukan berbagai kegiatan. Dalam pertemuan tersebut peserta
didik akan saling bertukar informasi yang telah dikumpulkannya dan pengetahuan
yang telah mereka bangun. Peserta didik juga harus mengorganisasi informasi
yang didiskusikan, sehingga anggota kelompok lain dapat memahami relevansi
terhadap permasalahan yang dihadapi.
Langkah-langkah
Pembelajaran Berbasis Masalah: Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah
mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran
mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam
kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari
permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara
peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
Tiap
kelompok menentukan ketua diskusi dan tiap peserta didik menyampaikan hasil
pembelajaran mandiri dengan cara mengintegrasikan hasil pembelajaran mandiri
untuk mendapatkan kesimpulan kelompok. Langkah selanjutnya presentasi hasil
dalam pleno (kelas besar) dengan mengakomodasi masukan dari pleno, menentukan
kesimpulan akhir, dan dokumentasi akhir. Untuk memastikan setiap peserta didik
mengikuti langkah ini maka dilakukan dengan mengikuti petunjuk.
Langkah-langkah
Pembelajaran Berbasis Masalah: Penilaian (Assessment)
Penilaian
dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan
(skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang
mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir
semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu
pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan
pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan
soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan
bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk
ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Sintaks Pelaksanaan Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBL)
Tahap
|
Kegiatan
Guru
|
Kegiatan
Siswa
|
|
Tahap I
Orientasi siswa kepada masalah
|
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan kebutuhan yang diperlukan dan memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya
|
Siswa menginventarisasi dan
mempersiapkan kebutuhan yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Siswa
berada dalam kelompok yang telah ditetapkan
|
|
Tahap 2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
|
Guru membantu siswa mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
|
Siswa membatasi permasalahannya
yang akan dikaji
|
|
Tahap 3
Membimbing penyelidikan individual
maupun kelompok
|
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
|
Siswa melakukan inkuiri,
investigasi, dan bertanya untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan yang
dihadapi
|
|
Tahap 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya
|
Guru membantu siswa dalam merencanakan
dan menyiapkan laporan serta membantu siswa untuk berbagai tugas dalam
kelompoknya
|
Siswa menyusun laporan dalam
kelompok dan menyajikannya dihadapan kelas dan berdiskusi dalam kelas
|
|
Tahap 5
Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah
|
Guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan
|
Siswa mengikuti tes dan
menyerahkan tugas-tugas sebagai bahan evaluasi proses belajar
|
|
Contoh
Pembelajaran Problem Based Learning
Sebelum
memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu
diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta
didik diminta mencatat masalah-masalah yang muncul. Setelah itu tugas guru
adalah meransang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah
yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya,
membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.
Memanfaatkan
lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan
penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik,
antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh
guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas.
Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang
sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus
dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan
dasar dan materi pembelajaran.
Contoh
Pembelajaran Problem Based Learning:
Fase (1) Mengorientasikan Peserta Didik pada Masalah
Fase (1) Mengorientasikan Peserta Didik pada Masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan
pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan
dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting dimana guru harus
menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh peserta didik dan juga
oleh guru. serta dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses
pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar peserta
didik dapat mengerti dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang
perlu dilakukan dalam proses ini, yaitu sebagai berikut.
- Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri.
- Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.
- Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), peserta didik didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, namun peserta didik harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya.
- Selama tahap analisis dan penjelasan, peserta didik akan didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ada ide yang akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas. Semua peserta didik diberi peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.
Contoh
Pembelajaran Berbasis Masalah:
Fase (2) Mengorganisasikan Peserta Didik untuk Belajar
Fase (2) Mengorganisasikan Peserta Didik untuk Belajar
Di
samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga
mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat
membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat
memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok peserta didik
dimana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda.
Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dapat
digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya
interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan
sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing
kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.
Setelah
peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok
belajar selanjutnya guru dan peserta didik menetapkan subtopik-subtopik yang
spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada
tahap ini adalah mengupayakan agar semua peserta didik aktif terlibat dalam
sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat
menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.
Contoh
Pembelajaran Problem Based Learning:
Fase (3) Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok
Fase (3) Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok
Penyelidikan
adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik
penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter yang
identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan,
dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek
yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untuk
mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai
mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar
peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide
mereka sendiri.
Guru
membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari
berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada peserta didik
untuk berifikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk
sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.
Setelah
peserta didik mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang
fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan
dalam bentuk hipotesis, penjelesan, dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase
ini, guru mendorong peserta didik untuk menyampikan semua ide-idenya dan
menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang
membuat peserta didik berpikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang
mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan.
Contoh
Pembelajaran Berbasis Masalah:
Fase (4) Mengembangkan dan Menyajikan Artifak (Hasil Karya) dan Mempamerkannya
Fase (4) Mengembangkan dan Menyajikan Artifak (Hasil Karya) dan Mempamerkannya
Tahap
penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan pameran.
Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape
(menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan
secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan
sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artifak sangat dipengaruhi tingkat
berpikir peserta didik. Langkah selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya
dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam
pemeran ini melibatkan peserta didik-peserta didik lainnya, guru-guru, orang
tua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.
Contoh
Pembelajaran Berbasis Masalah:
Fase (5) Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Fase (5) Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Fase
ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu
peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan
penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta
peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan
selama proses kegiatan belajarnya.
PROJECT BASED- LEARNING
Pengertian Pembelajaran Project Based Learning/PjBL
Pembelajaran
Berbasis Proyek (Project Based Learning/PjBL) adalah model
pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan
sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi,
sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil
belajar.Pembelajaran Berbasis Proyek
merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya
dalam beraktifitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk
digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam
melakukan insvestigasi dan memahaminya.
Melalui
PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing
peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai
subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung
peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip
dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBL merupakan investigasi
mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi
dan usaha peserta didik.
Mengingat
bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka
Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik
untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna
bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis
Proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini
akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
Pembelajaran
Berbasis Proyek dapat dikatakan sebagai operasionalisasi konsep “Pendidikan
Berbasis Produksi” yang dikembangkan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK
sebagai institusi yang berfungsi untuk menyiapkan lulusan untuk bekerja di
dunia usaha dan industri harus dapat membekali peserta didiknya dengan
“kompetensi terstandar” yang dibutuhkan untuk bekerja dibidang masing-masing.
Dengan pembelajaran “berbasis produksi” peserta didik di SMK diperkenalkan
dengan suasana dan makna kerja yang sesungguhnya di dunia kerja. Dengan
demikian model pembelajaran yang cocok untuk SMK adalah pembelajaran berbasis
proyek.
Ciri – ciri dan Prinsip Pembelajaran
Project Based Learning/PjBL
Ada lima Kriteria apakah suatu
pembelajaran berproyek termasuk pembelajaran berbasis proyek , lima criteria
itu yaitu :
a. Keterpusatan
( centrality)
Proyek dalam pembelajaran berbasis
proyek adalah pusat atau inti kurikulum, bukan pelengkap kurikulum ,didalam
pembelajaran proyek adalah strategi pembelajaran, pelajaran mengalami dan
belajar konsep – konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek. Model ini
merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana siswa belajar konsep utama dari
suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karna itu, kerja proyek bukan
merupakan praktik tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang
dipelajari , melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran dikelas.
b. Berfokus
pada pertanyaan atau masalah
Proyek dalam PBL adalah berfokus
pada pertanyaan atau masalah , yang mendorong pelajar menjalani (dalam kerja
keras ) konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau pokok dari disiplin.
c. Investigasi
konstruktif atau desain
Proyek melibatkan pelajaran dalam
investigasi konstruktif dapat berupadesain, pengambilan keputusan, penemuan
masalah, pemecahan masalah, deskoveri akan tetapi aktifitas inti dari proyek
ini harus meliputi transformasi dan kontruksi pengetahuan
d. Bersifat
otonomi pembelajaran
Lebih mengutamakan otonomi, pilihan
waktu kerja dan tanggung jawab pelajaran terhadap proyek
e. Bersifat
realisme
Pembelajaran berebasis proyek
melibatkan tantangan kehidupan nyata , berfokus pada pertanyaanatau masalah
autentik bukan simulative dan pemecahannya berpotensi untuk diterapkan
dilapangan yang sesungguhnya.
Pelaksanaan pembelajaran berbasis Project Based Learning/PjBL
Berdasarkan
kegiatan pengajar dan pelajar dalam pendekatan PBL, maka PBL yang akan dibuat
di dalam lingkungan web terbagi dalam tiga tahapan yakni persiapan,
pembelajaran dan evaluasi, tetapi dari tiga tahapan tersebut dapat
dideskripsikan menjadi enam tahapan sebagai berikut
a. Persiapan
Pengajar
merancang desain atau membuat kerangka proyek yang bermanfaat dalam menyediakan
informasi yang dibutuhkan oleh pelajar dalam mengembangkan pemikiran terhadap
proyek tersebut sesuai dengan kerangka yang ada, dan menyediakan sumber yang
dapat membantu pengerjaannya. Hal ini akan mendukung keberhasilan pelajar dalam
menyelesaikan suatu proyek dan cukup membantu dalam menjawab pertanyaan,
beraktifitas dan berkarya. Kerangka menjadi sesuatu yang penting untuk dibaca
dan digunakan oleh pelajar. Oleh karenanya, pengajar harus melakukan perannya
dengan baik dalam menganalisa dan mengintegrasikan kurikulum, mengumpulkan
pertanyaan, mencari web site atau sumber yang dapat membantu pelajar dalam
menyelesaikan proyek, dan menyimpannya di dalam web.
b. Penugasan/menentukan
topik.
Sesuai
dengan tugas proyek yang diberikan oleh pengajar maupun pilihan sendiri,
pelajar akan memperoleh dan membaca kerangka proyek, lalu berupaya mencari
sumber yang dapat membantu. Dengan berdasar pada referensi alamat web yang
berisi materi relevan, pelajar dengan cepat dan langsung mendapatkan materi
yang berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan proyek. Lalu pelajar berupaya
berpikir dengan kemampuannya berdasar pada pengalaman yang dimiliki, membuat
pemetaan topik, dan mengembangkan gagasannya dalam menentukan sub topik suatu
proyek.
c. Merencanakan
kegiatan.
Pelajar
bekerja dalam proyek individual, kelompok dalam satu kelas atau antar kelas.
Pelajar menentukan kegiatan dan langkah yang akan diambil sesuai dengan sub
topiknya, merencanakan waktu pengerjaan dari semua sub topik dan menyimpannya
di dalam web. Jika bekerja dalam kelompok, tiap anggota harus mengikuti aturan
dan memiliki rasa tanggungjawab. Sedangkan pengajar berkewajiban menyampaikan
isi dari rencana proyeknya kepada orang tua, sehingga orang tua dapat ikut
serta membantu dan mendukung anaknya dalam menyelesaikan proyek.
d. Investigasi
dan penyajian.
Investigasi
disini termasuk kegiatan : menanyakan pada ahlinya melalui e-mail, memeriksa
web site, dan saling tukar pengalaman dan pengetahuan serta melakukan survei
melalui web. Dalam perkembangannya, terkadang berisi observasi, eksperimen, dan
field trips. Diskusi dapat dilakukan secara sinkron dan asinkron melalui
chating. Lalu penyajian hasil dapat berupa gambar, tulisan, diagram matematika,
pemetaan dan lain-lain. Secara rutin, orang tua dan pengajar berkomunikasi
untuk memantau kegiatan dan prestasi yang dicapai oleh pelajar.
e. Finishing.
Pelajar membuat laporan, presentasi,
halaman web, gambar, dan lain-lain. Sebagai hasil dari kegiatannya. Lalu
pengajar dan pelajar membuat catatan terhadap proyek untuk pengembangan
selanjutnya. Peserta menerima feedback atas apa yang dibuatnya dari kelompok,
teman, dan pengajar. Fasilitas feedback online disajikan untuk memungkinkan
setiap individu secara langsung berkomentar dan memberikan kontribusi, dan agar
dilihat dan bermanfaat bagi orang lain.
f. Monitoring/Evaluasi.
Pengajar menilai semua proses pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tiap pelajar berdasar pada partisipasi dan produktifitasnya dalam pengerjaan proyek.
Pengajar menilai semua proses pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tiap pelajar berdasar pada partisipasi dan produktifitasnya dalam pengerjaan proyek.
Karakteristik Pembelajaran Project Based Learning/PjBL
- peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja;
- adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik;
- peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan;
- peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan;
- proses evaluasi dijalankan secara kontinyu;
- peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan;
- produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif; dan
- situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
[1] Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)
Pembelajaran
dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi
penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang
sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi
mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta
didik.
Langkah-langkah
Pembelajaran Berbasis Proyek:
[2] Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
[2] Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan
dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan
emikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut.
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai
subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses
untuk membantu penyelesaian proyek.
Langkah-langkah
Pembelajaran berbasis Project
Based Learning/PjBL :
[3] Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
[3] Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Pengajar
dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat
timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek,
(3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing
peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek,
dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang
pemilihan suatu cara.
Langkah-langkah
Pembelajaran Berbasis Proyek:
[4] Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project)
[4] Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project)
Pengajar
bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik
selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi
peserta didik pada setiap roses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi
mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat
sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
Langkah-langkah
Pembelajaran Berbasis Proyek:
[5] Menguji Hasil (Assess the Outcome)
[5] Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian
dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar, berperan
dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan balik
tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar
dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
Langkah-langkah
Pembelajaran Berbasis Proyek:
[6] Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
[6] Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada
akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi
dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik
diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan
proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka
memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya
ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang
diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
Sintaks pembelajaran project based learning:
MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY
Pengertian pembelajaran inquiry
Pembelajaran
berdasarkan inquiry merupakan seni penciptaan situasi-situasi sedemikian rupa
sehingga siswa mengambil peran sebagai ilmuwan. Dalam situasi-situasi ini
siswa berinisiatif untuk mengamati dan menanyakan gejala alam,
mengajukan penjelasan-penjelasan tentang apa yang mereka lihat, merancang dan
melakukan pengujian untuk menunjang atau menentang teori-teori mereka, menganalisis
data, menarik kesimpulan dari data eksperimen, merancang dan membangun model,
atau setiap kontribusi dari kegiatan tersebut di atas.
Seperti
yang dikutip oleh Suryosubroto dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, Inquiry
merupakan perluasan proses discovery, yang digunakan lebih mendalam,
inkuiry yang dalam bahasa InggrisInquiry berarti
pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum
yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi.
Gulo, (2005) menyatakan bahwa, strategi
inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Beberapa macam model pembelajaran inkuiri
diantaranya:
a. Inkuiri Terbimbing (Guide Inquiry)
Pembelajaran inkuri terbimbing merupakan suatu model pembelajaran
inkuiri yang dalam prosesnya guru menyediakan bimbingan dan petunjuk yang
cukup luas kepada siswa. Sebagian besar perencanaanya dibuat oleh guru, siswa
tidak merumuskan suatu masalah.
b. Modified Inquiry
Model pembelajaran tipe ini guru tidak memberikan permasalahan, kemudian siswa ditugasi untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan,percobaan,atau prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya.Disamping itu guru memperoleh narasumber yang tugasnya hanya memberikan yang diperlukan untuk menghindari kegagalan dalam memecahkan masalah.
c. Free Inquiry
Model ini harus mengidentifikasi dan merumuskan macam-macam problema yang
Dipelajari dan dipecahkan. Jenis model ini lebih bebas dari padayang kedua jenis sebelumnya.
d. Inquiry Role Approach
Model pembelajaran inkuiri model ini melibatkan dalam tim-tim yang
masing-masing terdiri atas empat untuk memecahkan masalah yang diberikan.
Masing-masing anggota memegang peranan berbeda, yaitu sebagai koordinator
tim, penasehat teknis, pencatat data, dan evaluator proses.
masing-masing terdiri atas empat untuk memecahkan masalah yang diberikan.
Masing-masing anggota memegang peranan berbeda, yaitu sebagai koordinator
tim, penasehat teknis, pencatat data, dan evaluator proses.
e. Invitation Into Inquiry
Model inkuiri jenis ini siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah
dengan cara-cara yang lazim ditempuh oleh para ilmuan, suatu undangan
(invitation) memberikan suatu problema kepada para siswa dan melalui
pertanyaan masalah yang lebih direncanakan dengan hati-hati mengundang siswa
untuk melakukan beberapa kegiatan atau kalau ini mungkin semua kegiatan.
f. Pictorial Riddle Inquiry
Model ini merupakan metode mengarang yang dapat mengembangkan
motivasi dan minat siswa dalam diskusi kelompok kecil atau besar. Gambar,
peragaan, atau situasi sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara
bertikir kritis dan kreatif para siswa. Biasanya, suatu riddle berupa gambar
dipapan tulis, poster, atau diproyeksikan dari suatu transparansi, kemudian guru
mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan riddle itu.
g. Syneclis Lesson Inquiry
Model jenis ini memusatkan keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk kiasan, supaya dapat membaca intelegensinya dan mengembangkan kreatifitasnya. Hal ini dapat dilaksanakan karena dapat membantu siswa dalam berfikir untuk memandang suatu problema sehingga dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif.
h. Value clarifikation
Model pembelajaran jenis inquiry ini siswa yang difokuskan pada
pemberian penjelasan tentang suatu tata aturan nilai-nilai pada suatu proses-proses
pembelajaran.Jerome Bruner, seorang profesor psikologi dan Harvard University di
Amerika Serikat menyatakan beberapa keuntungan sebagai berikut :
1. Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi-situasi proses
belajar yang baru.
3. Mendorong siswa agar dapat berfikir.
4. Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.
5. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.
6. Situasi proses belajar menjadi lebih menantang.
Pelaksanaan tahapan Pembelajaran Inkuiri
Gulo
(2005) menyatakan bahwa, inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual
tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan
keterampilan.
Secara umum proses pembelajaran SPI
dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan
langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang
dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:
a.
Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil
belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa
b.
Menjelaskan pokok-pokok kegiatan
yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini
dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari
langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan
c.
Menjelaskan pentingnya topik dan
kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar
siswa.
2. Merumuskan
masalah
Merumuskan
masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung
teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk
memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya,
dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban
itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui
proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai
upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
3. Merumuskan
hipotesis
Hipotesis
adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban
sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat
dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap
anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa
untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan
kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
4. Mengumpulkan
data
Mengumpulkan
data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.
Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam
belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan
potensi berpikirnya.
5. Menguji
hipotesis
Menguji
hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data
atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis
juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran
jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus
didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Merumuskan
kesimpulan
Merumuskan
kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan
hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru
mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Langkah – langkah menerapkan model pembelajaran inquiry
didalam kelas :
1.
Membentuk kelompok-kelompok inkuiri. Masing-masing kelompok dibentuk
berdasarkan rentang intelektal dan keterampilan-keterampilan social
2. Memperkenalkan topik-topik
inkuiri kepada semua kelompok. Tiap kelompok diharapkan memahami dan berminat
mempelajarinya.
3. Membentuk
posisi tentang kebijakan yang bertalian dengan topik, yakni pernyataan apa yang
harus dikerjakan. Mungkin terdapat satu atau lebih solusi yang diusulkan
terhadap masalah pokok.
4. Merumuskan
semua istilah yang terkandung di dalam proposisi kebijakan.
5. Menyelidiki
validitas logis dan konsisten internal pada proposisi dan unsur-unsur
penunjangnya.
6. Mengumpulkan
evidensi (bukti) untuk menunjang unsur-unsur proposes
7. Menganalisis
solusi solusi yang diusulkan dan mencari posisi kelompok
8. Menilai
proses kelompok.
Kemudian pendekatan inkuiri terbagi
menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau
besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya.
Pembelajaran dengan Metode Inkuiri
Suchman
Pembelajaran
inkuiri dengan metode Suchman menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan pada siswa sebagai alternative untuk prosedur pengumpulan data.
Inkuiri Suchman seperti yang dikutip
oleh Kardi dalam Trianto(2009) mempunyai kelebihan, yaitu :
1. Penelitian
dapat diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan. Waktu yang singkat ini
memungkinkan siswa dapat mengalami siklus inkuiri dengan cepat, dan pelatihan
mereka akan terampil melakukan inkuiri.
Perbedaan utama antar inkuiri
Suchman dengan Inkuiri umum terletak pada proses pengumpulan data.
Suchman mengembangkan suatu motode
penemuan baru yang menuntun siswa mengumpulkan data melalui bertanya, maka dari
itu model pembelajaran inkuiri menurut Schuman harus memperhatikan :
1. Struktur
Sosial Pembelajaran. Suasana kelas yang nyaman merupakan hal yang penting dalam
pembelajaran inkuiri Suchman karena pertanyaan-pertanyaan harus berasal dari
siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Kerja sama guru
dengan siswa, siswa dengan siswa diperlukan juga adanya dorongan secara aktif
dari guru dan teman. Dua atau lebih siswa yang bekerja sama dalam berfikir dan
bertanya, akan lebih baik hasilnya jika dibanding bila siswa bekerja sendiri.
2. Peran
Guru. Pembelajaran inkuiri Suchman, peran guru memonitor pertanyaan siswa untuk
mencegah agar proses inkuiri, tidak sama dengan permainan tebakan. Hal ini
memerlukan dua aturan penting, yaitu : Pertanyaan harus dapat dijawab “ya” atau
“tidak” dan harus diucapkan dengan suatu cara siswa dapat menjawab pertanyaan
tersebut dengan melakukan pengamatan; Pertanyaan harus disusun sedemikian rupa
sehingga tidak mengakibatkan guru memberikan jawaban pertanyaan tersebut,
tetapi mengarahkan siswa untuk menemukan jawabannya sendiri.
3. Sintaks
Pembelajaran Inkuiri. Dalam upaya menanamkan konsep , misalnya konsep IPA
Biologi pokok bahasan saling ketergantungan pada siswa, tidak cukup hanya
sekedar ceramah. Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan
untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam menemukan konsep-konsep dari
fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dengan bimbingan guru.
Pada penelitian ini tahapan
pembelajaran yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri yang
dikemukakan oleh Eggen & Kauchak dalam Trianto (2009). Adapun tahapan
pembelajaran inkuiri sebagai berikut:
Tahap Pembejaran Inkuiri
Fase
|
Perilaku
Guru
|
1. Menyajikan
pertanyaan atau masalah
|
Guru membimbing siswa
mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan. Guru membagi siswa dalam
kelompok.
|
2. Membuat
hipotesis
|
Guru memberikan kesempatan pada
siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa
dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan
memproiritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.
|
3. Merancang
percobaan
|
Guru memberikan kesempatan pada
siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan
dilakukan . Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan
|
4. Melakukan
percobaan untuk memperoleh informasi
|
Guru membimbing siswa mendapatkan
informasi melalui percobaan
|
5. Megumpulkan
dan menganilisis data
|
Guru memberi kesempatan kepada
setiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.
|
6. Membuat kesimpulan
|
Guru membimbing siswa dalam
membuat kesimpulan.
|
Gulo
dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, strategi inkuiri berarti suatu rangkaian
kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri
BAB III
KESIMPULAN
Model
pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan
keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa untuk bekerjasama dan
memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya,
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik
pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain.
Pembelajaran
berbasis masalah (PBM) atau Problem-Based
Learning (PBL) adalah metode pembelajaran yang bercirikan adanya
permasalahan nyata yang tidak terstruktur
dengan baik
sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan
memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan.
Pembelajaran Berbasis Masalah bertujuan untuk memotivasi belajar siswa agar
menjadi mandiri, membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan
ketrampilan pemecahan masalah, membuat kemungkinan transfers pengetahuan baru,
belajar peranan orang dewasa yang otentik.
Pembelajaran
berbasis proyek / tugas adalah sebuah metode penyajian bahan pembelajaran yang
diberikan oleh guru kepada peserta didik berupa seperangkat tugas yang harus
dikerjakan peserta didik, baik secara individual maupun secara kelompok.
Penggunaan metode yang tepat akan
turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran dan memberikan
kesempatan peserta didik melakukan sendiri kegiatan belajar yang ditugaskan.
empat prinsip berikut ini akan membantu siswa dalam perjalana mereka menjadi
pembelajar mandiri yang efektif.
Strategi
pembelajaran inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.Sasaran utama kegiatan
pembelajaran inkuiri adalah keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses
kegiatan belajar, keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses
kegiatan belajar , mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang
ditemukan dalam proses inkuiri. Namun dalam penerapannya, pembelajaran inkuiri
ini memiliki kelemahan seperti adanya kesulitan dalam mengontrol siswa,
ketidaksesuaian kebiasaan siswa dalam belajar, kadang memerlukan waktu yang
panjang dalam pengimplementasiannya, dan sulitnya dalam implementasi yang
dilakukan oleh guru bila keberhasilan belajar bergantung pada siswa.
Langkah-langkah
pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut orientasi, merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, merumuskan
kesimpulan.Sintaks Pembelajaran Inkuiri. Dalam upaya menanamkan konsep ,
misalnya konsep IPA Biologi pokok bahasan saling ketergantungan pada siswa,
tidak cukup hanya sekedar ceramah. Pembelajaran akan lebih bermakna jika
siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam menemukan
konsep-konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dengan bimbingan
guru.
DAFTAR PUSTAKA
Slavin, Robert E. (2008). Cooperative Learning Teori,
Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Indah.
Isjoni. (2009). Cooperative Learning. Bandung:
Alfabeta.
http://blog.edmentum.com. [18 September 2013]
Lie, Anita. (2004). Cooperatif
Learning. Jakarta:Gramedia.
Jones,
Raymond. 2002. Think Pair Share. (online).
Tersedia : http://curry.edschool.virginia.edu. [14 Februari 2012]
Lucas,
George .(2005). Instructional Module
Project Based Learning. http://www.edutopia. org/modules/ PBL/whatpbl.php.
Diakses tanggal 13 Juli 2010.
Arifin,
Zaenal. (2009). Evaluasi Pembelajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya